BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu bersinggungan dengan perbedaan. Perbedaan seringkali menjadi pemicu masalah yang berlanjut menjadi konflik bila kita memahami, mengatasi dan menyikapinya dengan cara yang tidak tepat. Secara hakikat, manusia itu sama, tetapi tak pernah ada manusia yang benar-benar sama dalam segala hal. Kemiripan wajah, kesamaan hobi, bahkan ikatan batin dan pertautan rasa yang kuat pun tidak menjadikan kita sama dengan mereka atau aku adalah dia dan kamu adalah saya. Kita berbeda dan memiliki perbedaan karena perbedaan adalah harmoni yang membuat hidup kita lebih berarti. Di dalam perbedaan, tersimpan arti yang pantas untuk dimengerti. Dengan perbedaan, kita mampu merasakan makna kebersamaan, sehingga kita bisa memahami bahwa perbedaan adalah alasan untuk sebuah pengertian.
Perbedaan merupakan keadaan, sifat dan karakter yang diciptakan Tuhan dengan tujuan agar manusia saling mengenal, berinteraksi, saling memahami dan memberi manfaat satu sama lain. Memahami dan menyikapi perbedaan dan memang bergantung kepada cara pandang kita terhadap perbedaan tersebut. Jika kita memandangnya sebagai sebuah ancaman, maka perbedaan akan menjadi masalah yang sulit diatasi. Namun, jika perbedaan dipandang sebagia fitrah kemanusiaan dan anugerah Yang Maha Sempurna, maka perbedaan itu akan terasa indah mewarnai hidup kita. Cara pandang kita terhadap perbedaan sangat menentukan terhadap cara kita meyikapinya dan mengatasinya. Karena itu, pengertian merupakan hal yang penting untuk kita miliki dan kita terapkan dalam memahami, menyikapi dan mengelola perbedaan.
Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan kita sebagai guru sudahkah kita memahami perbedaan yang ada pada peserta didik kita?. Dalam kegiatannya disekolah sebagai orang yang ditiru dan digugu kiranya kita dapat memahami perbedaan – perbedaan kemampuan pada siswa kita disekolah. Maka dari itu penyusun membuat satu makalah dengan judul “Menghargai Perbedaan Kemampuan”
B. Indentifikasi masalah
Sesuai dengan judul makalah “Menghargai perbedaan Kemampuan” melalui kajian umum, khususnya pendidikan Multikultur maka masalahnya dapat diindentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana memahami perbedaan kemampuan yang ada pada orang-orang yang mempunyai kemampuan berbeda dilhat dari apakah sehat secara medis atau sebaliknya (diffable atau non diffable)?
2. Bagaimana peran guru dan sekolah membangun sikap siswa yang anti diskriminasi terhadap orang lain yang mempunyai kemapuan yang berbeda (diffable atau non diffable)?
C. Pembatasan masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
a. Memahami perbedaan perbedaan kemampuan yang ada pada orang-orang yang mempunyai kemampuan berbeda (diffable atau non diffable).
b. Peran serta guru dan sekolah dalam membangun sikap siswa yang anti diskriminasi terhadap orang yang mempunyai kemampuan berbeda disekolah.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan yang ada pada orang- orang yang mempunyai kemampuan berbeda. (diffable atau non diffable)
2. Mendeskripsikan Peran guru dan sekolah untuk membangun sikap siswa yang anti diskriminasi dengan tujuan siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1. Memahami perbedaan kemampuan
Memahami bahwa perbedaan kemampuan yang ada pada orang-orang yang mempunyai kemampuan berbeda adalah bagian dari Multikulturalisme. Sebab kita harus menyadari bahwa setiap individu yang dinyatakan sehat fisik secara medic, masih saja mempunyai perbedaan kemampuan fisik (Kelemahan-kelemahan fisik). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perbedaan kemampuan ini ada pada semua orang, terlepas apakah dia sehat fisik secara medic atau sebaliknya.
Dalam pembahasan mengenai memahami perbedaan kemampuan kami uraikan beberapa sub, yang berkaitan dengan perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu,beberapa macam perbedaan kemampuan, bagaimana sebaiknya menghadapi diffable dan problem diffable.
A. Beberapa macam perbedaan kemampuan.
Para ahli psikologi, membagi diffability atau perbedaan kemampuan menjadi beberapa category. Menurut The individuals with Disabilites act (IDEA, 1992), dalam Gollnick dan chin (1999), ada sebelas category diffable.
1. Keterbatasan kemampuan dalam belajar.
2. Gangguan dalam berbicara atau berbahasa
3. Keterlambatan perkembangan mental
4. Gangguan emosi serius
5. Ketidak mampuan ganda
6. Gannguan pendengaran
7. Gangguan pada susunan tulang
8. Tuli dan buta
9. Gangguan penglihatan
10. Gangguan jiwa
11. Rasa trauma
Dalam menghadapai orang-orang (peserta didik) yang mempunyai kemampuan berbeda seperti dalam category diatas, diharapkan bahwa kita terutama para pendidik, dapat menggunakan strategi khusus seperti adanya penekanan untuk bersikap sabar, menggunakan media khusus. Seperti misalnya alat peraga dalam menjelaskan sesuatu dan menggunakan bahasa verbal yang sederhana dengan frekuensi yang pelan.
B. Bagaimana sebaiknya menghadapi diffable.
Untuk menghindari timbulnya ketidaksengajaan untuk bersikap diskriminatif terhadap difabble ini, maka sebaiknya kita memahami bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap mereka. Ada beberapa cara agar tingkahlaku dan sikap kita tidak diskriminatif terhadap mereka.
Pertama, yang kita harus lakukan adalah menanamkan kesadaran pada diri kita bahwa mereka yang diffable adalah manusia biasa seperti kita namun karena satu dan lain hal- seperti masalah genetis dan kecelakaan – membuat keadaan mereka tidak seberuntung kita yang normal
Kedua, menanmkan sikap sabar “telaten” Kita harus tanamkan pada diri kita bahwa dalam menghadapi orang yang mempunyai kemampuan berbeda itu harus sabar dan “telaten” karena mereka mempunyai kemampuan yang lebih lamban untuk berbicara atau melakukan sesuatu secara fisik.
Ketiga,Memberi semangat dan pujian sebagaimana orang yang normal fisik dan mentalnya.
Keempat, Bersikap wajar. Berusaha untuk bersikap biasa terhadap kalangan non,diffabel adalah salah satu langkah untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka yang mempunyai kemampuan berbeda, artinya kita tidak menyepelekan atau menomorduakan mereka karena sebagaimana layaknya non-diffable.
Kelima, membimbing kearah positif.kita harus dapat memberikan perhatian dalam artian mengarahkan mereka untuk selalu melakukan kegiatan-kegiatan positif dalam budaya kita, keberadaan para diffable ini kurang mendapat perhatian sehingga mereka tidak mempunyai kegiatan (menganggur). Memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya adalah merupakan satu bentuk dari bimbingan kearah kegiatan positif.
C. Problem diffabel
Pada umumnya dalam dunia pendidikan kita mengenal dua macam sekolah; pertama, sekolah umum, yaitu sebuah sekolah yang mana murid-muridnya adalah non diffable. Kedua, sekolah khusus, sekolah terakhir ini sering juga disebut sebagai sekolah luar biasa (SLB). Ini adalah sekolah khusus bagi murid – murid yang mengalami gangguan kemampuan fisik maupun mental.
Adanya dua model sekolah diatas, Menurut kalangan aktifis hak asasi manusia dan aktifis anti diskriminasi adalah satu bentuk diskriminasi terhadap kalangan diffable, karena dianggap mengisolir mereka. Pemisahan sekolah ini dianggap sebagai hambatan bagi murid yang normal atau yang diffable untuk saling belajar bagaimana memahami, menghargai, bersikap dan menghormati orang lain yang mempunyai kemampuan berbeda secara langsung disekolah.
Disisi lain, Pendapat yang berbeda dari para ahli pendidikan menyatakan bahwa penyatuan tersebut justru rentan terhadap munculnya pelecehan-pelecehan dari siswa yang normal terhadap siswa yang kemampuannya berbeda. Disamping itu, sekolah juga harus menyediakan biaya yang lebih besar untuk membayar guru khusus yang bertugas membantu siswa yang mempunyai kemampuan berbeda (kenyataan ini merupakan problem tersendiri bagi dunia pendidikan kita, mengingat anggaran pendidikan dinegara ini sangat minim).
Dalam melihat kontroversi dari dua pendapat yang berbeda diatas
,pendidikan multikultura melihat bahwa penyatuan siswa non-diffable dengan siswa yang diffable adalah lebih manusiawi dan akan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling belajar secara langsung dalam “kehidupan nyata” di sekolah tentang bagaimana cara berinteraksi, memahami, bersikap dan menghormati orang lain.
2. Peran Guru dan sekolah dalam membangun sikap anti diskriminasi terhadap perbedaan kemampuan.
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam membangun sikap siswa agar selalu menghargai orang lain, terutama bagi mereka yang mempunyai kemampuan berbeda. Oleh karena itu, agar peran guru tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal, maka perlu kiranya untuk menerapkan langkah-langkah berikut ini.
Pertama, guru harus mempunyai wawasan dan pemahaman yang baik tentang pentingnya sikap anti diskriminasi terhadap orang-orang yang mempunyai perbedaan kemampuan.Dengan cukupnya wawasan guru tentang hal tersebut, maka diharapkan mereka mampu untuk menjadi penggerak utama yang membangun kesadaran siswa untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang diskriminatif terhadap mereka, para diffable, dan terhadap mereka yang “normal”
Kedua, guru sebaiknya mempunyai sensitivitas tinggi apabila melihat adanya diskriminasi yang berkaitan dengan perbedaan kemampuan ini. Sebagai contoh ketika seorang guru melihat ada salah seorang siswa, sebut saja A, sedang mentertawakan salah satu temannya, sebut saja si B, yang mengutarakan pendapat dengan pengucapan yang gagap, maka guru tersebut harus memberikan peringatan keras terhadap si A agar tidak melakukan pelecehan dengan cara tertawa ketika si B yang gagap sedang berbicara. Guru harus memberikan penjelasan bahwa tindakan tersebut merupakan salah satu bentuk diskriminasi terhadap orang lain yang mempunyai kelemahan “ Gagap dalam berbicara”.
Selain guru sekolah yang memiliki peran yang penting dalam membangun sikap anti diskriminasi. Agar sekolah mampu menjadi instituasi yang mampu membaqngun sikap siswa untuk selalu menghargai orang lain yang mempunyai kemampuan berbeda, maka langkah-langkah berikut ini penting untuk diaplikasikan, Pertama, sekolah sebaiknya membuat dan memberikan undang-undang atau peraturan sekolah yang menekankan bahwa sekolah menerima para peserta didik yang ”normal” dan mereka yang mempunayi kemampuan berbeda. Dalam undang-undang tersebut, sebaiknya juga dikatakan bahwa sekolah menjamin semua peserta didik baik bagi diffable maupun non diffable untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan yang sama sesuai dengan kebutuhan mereka. Lebih dari itu, hal yang utama yang harus ditekankan dalam peraturan sekolah tersebut adalah melarang terjadinya diskriminasi terhadap siswa yang normal maupun terhadap mereka yang mempunyai perbedaan kemampuan.
Kedua,Sekolah sebaliknya menyediakan kebutuhan-kebutuhan dan pelayanan-pelayanan khusus. Seperti guru dengan ketrampilan khusus untuk menangani peserta didik yang mempunyai perbedaan kemampuan. Kemudian menyediakan fasilitas seperti tempat duduk khusus, tempat parker khusus, jalan khusus dan fasilitas pendukung lainnya yang dapat membantu dan memperlancar aktifitas belajar mereka.
Ketiga,sekolah juga sebaiknya menerapkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa diffable dan non diffable.
Terakhir (keempat), sekolah sebaiknya memberikan pelatihan bagi guru-guru maupun staf disekolah tersebut tentang bagaimana cara bersikap dan cara menghadapi siswa diffable dan non diffable.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bahasan “Menghargai perbedaan kemampuan” dapat disimpulkan bahwa :
1. Guru harus mempunyai wawasan dan pemahaman yang baik tentang pentingnya sikap anti diskriminasi terhadap orang-orang yang mempunyai perbedaan kemampuan.Dengan cukupnya wawasan guru tentang hal tersebut, maka diharapkan mereka mampu untuk menjadi penggerak utama yang membangun kesadaran siswa untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang diskriminatif terhadap mereka, para diffable, dan terhadap mereka yang “normal”
2. Selain Guru sekolah sekolah sebaiknya memberikan pelatihan bagi guru-guru maupun staf disekolah tersebut tentang bagaimana cara bersikap dan cara menghadapi siswa diffable dan non diffable.
B. Saran
Bertolak dari peran Guru yang tujuannya membangun kesadaran siswa untuk tidak melakukan tindakan yang diskriminatif Penyusun memberikan saran sebagai berikut:
1. Kita sebagai guru khususnya Guru SD harus dewasa dalam mengambil keputusan dalam arti dalam menyikapi perbedaan kita sesama profesi serta anak didik kita disekolah
2. Sebagai guru kita harus selalu mengevaluasi diri dan positif thinking dalam memecahkan suatu masalah disekolah dan dimana saja sudah sempurnakah kita?..
DAFTAR PUSTAKA
Tilaar, H.A.R., 2002, Multikulturalisme; Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional , Jakarta: Grasindo.
Transformasi Pendidikan Nasional , Jakarta: Grasindo.
mantaf
BalasHapus